ABSTRAK
PERANCANGAN MEDIA BUKU DAN MEDIA
PENDUKUNYA
DALAM SARANA KAMPANYE
PELESTARIAN
TARI TOPENG PANCA DI GIANYAR
Oleh : Ni Wayan Setiasih
2009.06.040
Indonesia memiliki beraneka ragam
seni budaya yang tersebar di seluruh daerah, masing-masing daerah memiliki
peninggalan seni budaya tradisional yang kuat dan mempunyai ciri khas yang unik
dan artistik sesuai dengan ciri daerahnya dan bisa digunakan sebagai acuan
untuk mengembangkan seni budaya masa kini berciri khas Indonesia. Seni
pertunjukan seperti contohnya Tari Topeng di Bali. Beberapa tari topeng di Bali
sudah beralih fungsi yang dulu disakralkan sekarang sudah berubah menjadi seni
balih-balihan. Seperti Tari Topeng Panca, yang dulunya banyak masyarakat
mengetahui sekarang sudah mulai ditinggalkan karena banyaknya seni pertunjukan
yang didominasi oleh seni modern sehingga masyarakat cenderung melirik ke seni
modern. Namun, Tari Topeng Panca inilah sesungguhnya tari yang sangat digemari
oleh penikmatnya. Dengan banyaknya masyarakat yang melupakan seni Tari Topeng
Panca ini maka disinilah peran desainer untuk membuat desain agar masyarakat
terutama remaja sebagai target audience
untuk meneruskan seni Tari Topeng Panca ini agar tidak diklaim oleh Negara lain karena ketidakpedulian masyarakat akan
kesenian ini. Maka dari itu, dalam pembuatan media haruslah sesuai dengan kasus
yang diangkat. Dengan demikian, permasalahan yang ada maka digunakanlah metode
perancangan seperti pengumpulan data dan analisis data sehingga didapat sebuah
konsep yaitu Save Our Local Culture
dimana dari konsep ini akan digunakan sebagai acuan dalam mendesain media utama
yaitu Buku, sebagai alat untuk mendokumentasikan secara tertulis. Selain itu,
adanya media pendukung dari media buku adalah Packaging, Pembatas Buku, Icon,
X-Banner, Tote Bag, T-shirt, iklan majalah dan stiker.
Kata Kunci : Media Buku, Kampanye Pelestarian, Tari Topeng Panca,
Save Our Local Culture
ABSTRACT
DESIGNING BOOK AND SUPPORT MEDIA
MEANS OF PRESERVATION CAMPAIGNS
TOPENG PANCA DANCE IN GIANYAR
MEANS OF PRESERVATION CAMPAIGNS
TOPENG PANCA DANCE IN GIANYAR
By : Ni
Wayan Setiasih
2009.06.040
Indonesia has a diverse artistic culture
that spread across the region,
each region has a legacy of strong traditional cultural arts and
has a distinct personality and artistic in
accordance with the characteristics of the area and can be
used as a reference for developing cultural arts distinctively contemporary Indonesia. Performing arts such as for example
in Bali Mask
Dance. Mask dance in Bali already converted the
first sacred art
has now turned into balih-balihan. Such as Topeng
Panca Dance, which was once a lot
of people know now becoming obsolete because of the many
performing arts dominated by modern art so that people tend to glance
into modern art.
However, this is true
Topeng Panca Dance dance very popular with the
audience. With the number of
people who forget this
Topeng Panca Dance art then this is where the role of the designer to make
the design so that the public, especially young people as a target audience for
forwarding this Topeng Panca
Dance art that
is not claimed by other countries because
of the indifference of the public
to this art. Therefore,
in the manufacture of media must be in accordance with the case removed.
As such, the problem is the design
method is used as data collection and analysis
of data in order to get a concept of the
Save Our Local Culture
which of these
concepts will be
used as a reference in the design
of the book is the main media, as a
tool to document in writing.
In addition, the support
of the media is
media book Packaging,
Border Books, Icon, X-Banner, Tote Bag, T-shirts, stickers and magazine
advertising.
Keyword : Book Media, Preservation Campaign, Topeng Panca Dance, Save Our
Local Culture
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Di Bali bentuk
kesenian asli yang menggunakan topeng dan umumnya sangat tua di kenal Sang
Hyang Topeng Dedari yang masih dapat kita jumpai saat ini.
Dengan banyak macam tarian topeng yang ada di Bali, membuat masyarakat
khususnya wisawatawan mancanegara maupun lokal yang datang ke Bali ingin
menyaksikan sekaligus ingin mengetahui seperti apa tarian dan cerita dari tari
topeng.
Dengan seiringnya perubahan jaman yang semakin
modern membuat kebanyakan orang meninggalkan seni tradisi lama yang dahulunya
disakralkan sekarang sudah bisa dijadikan seni pertontonan (balih-balihan). Dengan banyaknya muncul
seni yang menarik antusias penonton untuk menonton atraksi yang memikat. Dengan
beragam kesenian dari seni pertunjukan sudah bisa dikatakan menstilir dari gerakan maupun dari
kostumnya sendiri. Seni tari topeng yang dahulunya disakralkan sekrang sudah
bisa dipertontonkan kekhalayak luas contohnya wisatawan yang berkunjung ke
Bali. Dahulunya Tari Topeng Panca banyak masyarakat Bali yang mengenal, namun
seiring perkembangannya jaman membuat masyarakat Bali mulai melupakan sedikit
demi sedikit tarian maupun pembawaan dari tokoh pada Tari Topeng Panca begitu
juga dengan karakter dari masing-masing perannya.
Maka dengan adanya Desain Komunikasi Visual
dirasa sangat penting hadir untuk menyelesaikan permasalahan cara melestarikan
tari Topeng Panca yang dulunya sempat eksis namun sekarang sudah tidak diminati
lagi oleh masyarakat dikarenakan sudah banyak kesenian yang makin modern dan
lebih atraktif. Maka dari itu, kesenian yang sudah semakin modern lebih mudah
dijadikan trend dikalangan remaja di
Bali. Dengan demikian Desain Komunikasi Visual dapat membantu untuk
melestarikan sekaligus memperkenalkan kembali kepada remaja di Bali dan
wisatawan bahwa Bali juga mempunyai kesenian yang lebih menarik untuk
dipertontonkan karena keunikan ceritanya. Dengan keunikannya ini penulis
berniat untuk membuatkan sebuah media buku untuk menjembatani antara audiens untuk memahami dari Tari Topeng
Panca ini. Untuk itu, peran Desain Komunikasi Visual sangat penting dalam
pembuatan media yang efektif serta komunikatif, agar pesan yang disampaikan
kepada audiens mudah dimengerti dan
dipahami. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa desain komunikasi visual sudah
berfungsi sesuai dengan sebenarnya memberikan kemudahan dalam menyampaikan
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Media pendukung apakah yang
efektif dan komunikatif untuk mendukung kegiatan pelestarian Tari
Topeng Panca?
2.
Bagaimanakah cara
merancang media buku yang efektif dan komunikatif agar dapat mengenal Tari Topeng Panca lebih spesifik dibandingkan dengan tarian
topeng lainnya?
1.3
Batasan
Masalah
Permasalahan
yang muncul akan dibatasi pada media - media yang akan dibuat untuk sarana
pelestarian agar efektif dan komunikatif dalam melestarikan Tari Topeng Panca.
Sasaran penyebaran media pelestarian ini
untuk kalangan anak muda di Bali dan wisatawan. Batasan masalah adalah proses
desain media pelestarian melalui media komunikasi dalam bentuk media tercetak.
1.4
Tujuan
dan Manfaat Desain
1.4.1
Tujuan Desain
Tujuan dari desain ini adalah dapat
menjawab berbagai pertanyaan yang timbul sesuai dengan perumusan masalah yang
akan dijawab dan dijabarkan sebagai berikut :
1.4.1.1 Tujuan Umum
Tujuan
umum dari perancangan media pelestarian Tari Topeng Panca ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mendapatkan pengalaman dan dapat
beradapatasi dengan dunia nyata di luar kampus.
2.
Membantu Dinas Kebudayaan untuk
menciptakan sarana komunikasi visual sebagai media kampanye pelestarian Tari Topeng Panca .
3.
Sebagai persyaratan untuk mengikuti mata
kuliah Tugas Akhir Studio.
4.
Untuk memenuhi syarat agar bisa
mengikuti Tugas Akhir.
5.
Melalui media yang dibuat masyarakat mulai
mengetahui perbedaan Tari Topeng di Bali khususnya.
1.4.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari perancangan
media pelestarian Tari Topeng Panca adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui jenis media pendukung
yang efektif untuk mendukung kegiatan pelestarian Tari Topeng Panca yang tepat
sasaran.
2.
Untuk mengetahui cara merancang media buku yang
efektif dan komunikatif agar dapat mengenal Tari Topeng Panca lebih spesifik dibandingkan dengan tarian
topeng lainnya.
1.4.2
Manfaat Perancangan
Adapun manfaat yang diharapkan dari
karya Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut :
1.
Manfaat
bagi mahasiswa
-
Mahasiswa dapat mengetahui dan memperoleh informasi
mengenai pelestarian Tari Topeng Panca itu sendiri dan mampu merancang media sosialisasi yang efektif
dan komunikatif.
2.
Manfaat
bagi Lembaga atau kampus
-
Para pengajar dapat melatih mahasiswanya untuk terjun
secara langsung membuat media pelestarian Tari Topeng Panca di Bali.
-
Menambah
referensi bagi akademis khususnya di Program Studi Desain Komunikasi Visual mengenai perancangan
media untuk sosialisasi , serta sebagai bahan masukan untuk penulis selanjutnya
3.
Manfaat
untuk instansi
-
Dapat melestarikan Tari Topeng Panca dan memberikan
informasi yang lebih lengkap dan baik .
4.
Manfaat
untuk masyarakat
-
Masyarakat akan lebih mengetahui tentang Tari Topeng
Panca khusunya beserta perbedaannya.
1.5
Metode
Pengumpulan Data
Proses dalam mendesain media buku dalam kampanye pelestarian Tari Topeng
Panca menggunakan metode pengumpulan data yang dibedakan
berdasarkan sumbernya yaitu metode pengumpulan data primer dan metode
pengumpulan data sekunder.
1.6
Metode
Analisis Data
Analisis
data merupakan cara atau langkah pemikiran penelitian untuk mengolah data yang
berhasil dikumpulkan dan merupakan tindak lanjut dari usaha untuk menguji
kebenaran. Tujuan diadakannya analisa dalam penelitian adalah menyempitkan dan
membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, serta
tersusun dan lebih berarti. Analisa data yang digunakan adalah metode analisa
deskriptif kualitatif kuantitatif. Analisis kualitatif juga disebut analisis
isi. Maksudnya isi dari data kualitatif yang diperoleh pada saat penelitian
secara langsung dilapangan , kemudian dibahas lagi secara rasional dan dari
hasil pembahasan itu ditarik kesimpulan – kesimpulan menurut kelompok –
kelompok data. Dari kelompok – kelompok data ini dibahas lagi untuk kemudian
diambil kesimpulannya (Arikunto, 2010: 277). Metode analisis data yang
digunakan dalam pengantar karya ini adalah metode analisis deskriptif
kualitatif yaitu penggambaran sifat suatu keadaan yang berjalan pada saat
penelitian.
Deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, yang bertujuan untuk
membuat deskripsi, ilustrasi atau desain secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Nazir, 2005: 54).
Kualitatif
adalah suatu metode yang dilakukan melalui pendekatan historis, kajian dokumen,
interpretasi peristiwa, kajian informasi, perekaman suatu kejadian, pemotretan
hingga penafsiran suatu fenomena sosial melalui berbagai pencatatan lapangan
yang kemudian dipaparkan dalam bentuk terolah (Sachari, 2005: 135).
Deskriptif
Kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam, penalaran, definisi
suatu situasi tertentu, lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada
proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu urut-urutan kegiatan
dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang
ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
praktis.
Pada
kasus yang diangkat penulis menggunakan metode deskriftif kualitatif yang
merupakan penggambaran suatu sifat keadaan yang berjalan pada saat penelitian
dengan metode ini dapat diketahui sifat-sifat, karakter dan data-data lain yang
diperlukan untuk perancangan media buku dalam pelestarian Tari Topeng Panca di
Bali.
1.7
Indikator
serta Model Penilaian Desain
Indikator yang digunakan dalam tugas
pengantar karya akhit studio ini, untuk menentukan desain terpilih dengan
melakukan pengukuran atau penilaian alternatif-alternatif desain menggunakan
skala orginal (skala yang menunjukan tingkatan atau rangking). Rangking
didapatkan setelah dilakukan penilaian berdasarkan kriteria desain. Dalam
penilaian dilakukan dengan memberikan tanda plus (+) bila ada kesesuaian antara
desain yang dibuat dengan kriteria desain dan tanda minus (-) bila tidak ada
kesesuaian dengan kriteria desain (Nasir, 2003: 338).
1.7.1
Indikator
Indikator
yang digunakan dalam penilian desain adalah sesuai dengan criteria dari desain
yang akan dibuat. Adapun indicator yang dimaksud adalah fungsional, unity, komunikatif, informatif, ergonomis, estetik, simplycity, kreatif, etis dan
suprise
1.7.2
Model Penilaian Desain
Dalam usaha menentukan tingkatan
kualitas, kriteria bagaimana yang disebut sangat baik, baik, cukup, kurang, dan
sangat kurang dalam suatu desain, dengan menggunakan nilai tertinggi 5 dan
nilai terendah 1, yang diuraikan seperti berikut:
-
Nilai 5 = sangat baik
-
Nilai 4 = baik
-
Nilai 3 = cukup
-
Nilai 2 = kurang
-
Nilai 1 = sangat kurang
Untuk
mendapatkan nilai tertinggi (total skor) dari tingkatan kualitas desain
tersebut menggunakan rumus sebagai berikut:
N= Nilai sekor
tertinggi x Jumlah Indikator (5x10 = 50)
Setelah
masing-masing desain dinilai berdasarkan prinsip-prinsip desain akan terlihat
satu desain yang menduduki ranking teratas dan desain inilah yang nantinya
sebagai desain terpilih (Nazir, 2003: 338).
2. IDENTIFIKASI DAN
ANALISA DATA
2.1
Data
Teoritis / Aktual
Data aktual
merupakan data yang diperoleh dari literatur mengenai teori tentang desain
komunikasi visual yang berhubungan dengan konsep pengerjaan desain ini.
2.1.1
Pengertian
Objek / Kasus
Pada Tugas Akhir ini penulis mengangkat kasus Perancangan Media Buku
dalam Kampanye Pelestarian Tari Topeng Panca di Gianyar. Dimana penulis ingin
memberikan informasi mengenai Tari Topeng Panca. Dilihat dari pengertiannya
Topeng Panca dinamakan
demikian karena jumlah pemain atau penarinya sebanyak lima orang topeng panca
merupakan perkembangan selanjutnya dari Topeng Pajegan yang muncul sekitar
tahun 1924 di Blahbatuh. Tari topeng panca adalah varian dramatari topeng Bali
yang diperkirakan sudah cukup tua umurnya dan diperkirakan muncul tidak lama
setelah adanya topeng pajegan yaitu zaman pemerintahan raja Waturenggong di
Bali (Bandem dan Rembang, 1976: 15).
Dalam
tari topeng panca ini biasanya dibawakan oleh beberapa orang pemain (antara
empat sampai lima). Berbeda dengan topeng pajegan dalam topeng panca sudah ada
pembagian tugas di antara pemain untuk memainkan peran-peran tertentu seperti :
penasar kelihan, penasar cenikan, dalem,
dukuh, bondres dan lain sebagainya. Untuk melakukan perubahan peran, pemain
melakukan penggantian topeng dan hiasan kepala tanpa melakukan pergantian
busana. Pada masa lampau, topeng panca hampir tidak pernah menampilkan tokoh
Sidakarya namun akhir-akhir ini, tergantung kebutuhannya, topeng panca juga
menampilkan tokoh sidakarya. Dengan kata lain Topeng Panca tidak selamanya
merupakan pertunjukan topeng yang sekuler karena jika menampilkan tokoh
Sidakarya maka topeng ini berubah status menjadi pertunjukan topeng yang
bersifat sakral. Namun demikian, topeng panca pada umumnya dipertunjukan
sebagai tontonan yang bersifat sekuler (balih-balihan).
Begitulah yang dituturkan oleh dosen Fakultas Seni Pertunjukan Bapak I Ketut
Kodi, S.Sn.
Dewasa
ini kesadaran setiap orang akan pelestarian dari Tari Topeng Panca ini
sangatlah kurang. Kurangnya pemahaman serta kepedulian akan kesenian dan lebih
tertarik akan kesenian yang bersifat lebih modern serta melupakan kesenian
tradisi. Selain itu, dengan adanya media-media sosial yang ada masih sangat
minim dan kurang efektif. Dengan demikian, penyaluran informasi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Dengan
adanya permasalahan sosial seperti ini, maka kampanye merupakan jalan yang
ditempuh untuk menyelesaikan persoalan atau masalah yang terjadi. Kampanye
secara umum menampilkan suatu kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk dimana
dalam kampanye terdapat aktivitas untuk mempengaruhi khalayak sasaran, membujuk
dan memotivasi khalayak sasaran untuk berpartisipasi, ingin menciptakan dampak
atau efek seperti yang direncanakan, dan dilaksanakan dengan tema yang
spesifik, waktu yang ditentukan serta pelaksanaan yang terorganisasi (Rustan,
2007: 24). Aktivitas kampanye biasanya berkaitan dengan suatu kepentingan dan
tujuannya apa, siapa khalayak sasarannya, dalam rangka apa, untuk memotivasi
atau membujuk khalayak? (Rustan, 2007: 25). Dalam berbagai kegiatan tersebut
terdapat beberapa jenis program kampanye yaitu:
a. Product
- Oriented Campaigns
Kegiatan yang
berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial
kampanye promosi pemasaran atau peluncuran produk baru (Rustan 2007: 26).
b.
Candidate – Oriented Campaigns
Kegiatan yang
berorientasi bagi calon atau kandidat untuk kepentingan kampanye politik
(Rustan 2007: 26).
c.
Ideological – Oriented Campaigns
Jenis kampanye ini
berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial,
misalnya kampanye sosial bersifat nonkomersial seperti Anti HIV, anti narkoba,
dan lain sebagainya (Rustan, 2007: 26).
Dengan kampanye
pelestarian yang dilaksanakan, melalui media utama dari kasus yang penulis
angkat adalah buku yang memiliki informasi tentang Tari Topeng Panca. Media
buku yang akan dibuat nantinya adalah memiliki informasi tentang Tari Topeng
Panca dengan target audiensnya adalah
remaja SMA. Dengan demikian, buku ini didesain sesuai dengan nuansa anak muda
remaja dengan perpaduan unsur klasik pada Tari Topeng Panca serta sentuhan
warna-warna yang mencerminkan dari anak muda. Maka dari itu, dapat menghasilkan
desain yang sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis serta dapat berfungsi
sesuai dengan fungsinya dan berisi informasi yang sesuai.
2.1.2
Aspek-Aspek
Desain Komunikasi Visual
Desain
komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan
daya kreatif yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan
mengolah elemen desain grafis yang terdiri dari gambar, huruf, warna,
komposisi, dan layout. Jadi media desain dapat dipakai sebagai alat
didalam mencapai maksud dan tujuan serta dapat berupa alat atau sarana
informasi yang tidak terlepas dari aspek-aspek desain komunikasi visual seperti
media, ilustrasi, warna, teks dan huruf.
2.1.3
Prinsip
Desain Komunikasi Visual
Prinsip desain
merupakan suatu prinsip atau acuan yang harus diketahui untuk menghasilkan
desain grafis yang baik untuk tampilan iklan. Adapun prinsip-prinsipnya seperti
prinsip keseimbangan, prinsip titik
fokus, prinsip kesatuan dan prinsip hirarki
visual.
2.1.4
Aspek
Teknis Perwujudan
Aspek teknis perwujudan
merupakan suatu aspek yang perlu diperhitungkan agar visual desain yang dibuat
dapat menjadi satu kesatuan konsep dengan eksekusi perwujudan. Teknis
perwujudan yang dimaksud yaitu tata letak dan kompisisi (layout), bahan dan teknik cetak.
2.1.5
Teori
Sosial yang Mendukung Kasus
2.1.5.1
Teori Semiotika (Semiotics)
Kata Semiotik berasal dari kata semeion (bahasaYunani), yang berarti tanda, maka simiotika berarti
ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda (menciptakan dan menyampaikan
makna melalui tanda, berkenaan dengan komunikasi). Semiotic, dilihat dari kacamata dunia Desain Grafis adalah ilmu
komunikasi yang berkenaan dengan pengertian tanda-tanda/ symbol/ syarat serta penerapannya, Suatu studi tentang pemaknaan semiotic menyangkut aspek-aspek budaya,
adat istiadat, atau kebiasaan di masyarakat. Dalam mendukung pembuatan
desain kampanye pelestarian Tari Topeng Panca ini desainer menggunakan teori
semiotika dalam membantu membedah sekaligus mengevaluasi dari desain yang sudah
di kerjakan. Desainer menggunakan teori ini karena ingin mengetahui efek media yang
dibuat terhadap masyarakat, apakah desain sudah mampu membuat masyarakat
merubah pandangannya terhadap Tari Topeng Panca. Dalam hal ini media yang akan
dibuat sudah sesuai dengan teori aktual yang dipaparkan diatas agar sesuai
dengan tujuan akhir yang ingin dicapai.
Dengan
demikian, teori semiotika digunakan untuk menentukan efesiensitas pada media
yang akan dibuat. Menurut Pierce tanda (semiotika) dibagi menjadi tiga jenis
yaitu icon, indeks, simbol Semiotika menurut Pierce di
bedakan mnjadi 3 macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum (objek) (Safanayong, 2006. 47)
:
1.
Icon : adalah Tanda
yang menggambarkan kemiripan dengan suatu obyek atau benda (Ikonografis)
yang pernah dikenal berdasarkan pengalaman. Contoh: Foto, Peta, Lukisan
(Realis, Naturalis), jadi icon yang ada pada media
komunikasi visual yang akan dibuat lebih banyak menggunakan illustrasi gabungan yaitu fotografi dan ilustrasi
manual pada komputer.
2.
Indeks : Tanda yang memiliki hubungan sebab – akibat,
Indikasi, Informasi/ petunjuk antara tanda dengan obyek yang sangat dekat.
Contoh: Rambu lalu-lintas; Bendera berkibar; Bau Rokok; Sirene pemadam
kebakaran.
Indeks yang ada pada media yang akan dibuat tidak lain berupa keterangan –
keterangan(teks) mengenai Tari Topeng Panca, sehingga selain dapat mempertegas
ilustrasi yang ada pada media ,keterangan (teks) ini dapat memberikan informasi
yang singkat, padat,dan jelas
kepada khalayak sasaran.
3.
Simbol
: Tanda yang telah menjadi kesepakatan atau terbentuk secara konvensional di
masyarakat. Simbol juga melambangkan ide abstrak. Contoh: Burung Garuda lambang
Negara RI,
jadi symbol yang ada pada media yang akan dirancang dan dibuat tidak lain
adalah Foto dari Tari Topeng Panca itu, sehingga dapat memberikan kesan kepada
khalayak sasaran (remaja di Bali) untuk bisa melestarikan sekaligus
mengkampanyekan Tari Topeng Panca dan menjadi regenerasi dari penari Tari
Topeng Panca.
2.1.5.1 Teori Psikologi Remaja
Menurut Hurlock (1981) remaja
adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi
batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock,
2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan
yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama,
tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga
dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh
dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu
di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat
Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan
tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja
adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan
Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status
identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium,
foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk,
2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri
remaja.
Gunarsa (1989) merangkum
beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada
diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan
dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.
Ketidakstabilan emosi.
3.
Adanya perasaan kosong
akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4.
Adanya sikap menentang
dan menantang orang tua.
5.
Pertentangan di dalam
dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang
tua.
6.
Kegelisahan karena
banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.
Senang
bereksperimentasi.
8.
Senang bereksplorasi.
9.
Mempunyai banyak
fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan
membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan
teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan
yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial
dan pencapaian. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun
beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis,
dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak
berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini
dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
2.2
Data
Lapangan / Faktual
Data Faktual merupakan
data-data yang diambil berdasar fakta yang ada dilapangan. Fakta artinya
peristiwa, sesuatu yang terjadi sungguh-sungguh, sesuatu yang benar-benar ada
atau terjadi (Anwar, 2003:137).
2.2.1
Nama
Objek / Kasus
Dalam pembuatan laporan
Tugas Akhir ini, penulis mencari data tentang sanggar tari, tari topeng panca,
buku, pengamatan dilapangan secara langsung, dan ditambah literatur-literatur,
hingga ditentukan judul Perancangan Media Buku Dalam Kampanye Pelestarian Tari
Topeng Panca di Gianyar.
2.2.2
Data Sanggar
Dalam proses survey,
pencarian data langsung menuju salah satu sanggar yang berada di Desa Batuan,
Sukawati-Gianyar, berikut ini adalah data umumnya:
-
Nama
Tempat : Tri
Pusaka Sakti Art Foundation
-
Pemilik
Sanggar : I Made
Djimat
2.2.3
Lokasi
Tri Pusaka Sakti Art Foundation yang beralamat di Banjar Pekandelan Batuan,
Sukawati, Gianyar-Bali.
2.2.4
Sarana
Komunikasi yang Ada
Media komunikasi yang ada yang telah didapatkan selama pengumpulan data di
Tri Pusaka Sakti Art Foundation
adalah poster dan x-banner.
a. Aplikasi unsur-unsur
desain komunikasi visual pada media yang ada di Tri Pusaka Sakti Art Foundation :
1. Poster
Gambar 2.23 Contoh Media Poster
(Sumber: Tri Pusaka Sakti Art Foundation, 22/Nov/2012)
Unsur-unsur
desain komunikasi visual pada poster tersebut
adalah:
-
Ilustrasi:
dalam poster diatas menggunakan ilustrasi foto dan logo dari Tri Pusaka Sakti
Art Foundation.
-
Warna:
menggunakan warna dominan hitam .
-
Teks: teks yang
terdapat pada poster berisikan judul poster yaitu Spesial Night Djimat Art
Foundation Performance Master of Bali dan isi poster yaitu jadwal dari
pementasan dan tarian yang akan dipentasan.
-
Jenis Huruf: jenis
huruf yang di gunakan adalah jenis huruf algerian, tujuan menggunakan jenis
huruf ini agar mudah dibaca.
-
Ukuran
dan Bahan: cover ini berukuran 21cm x 29,5cm dengan bahan art paper.
2.2.5
Potensi
Kasus
Kesenian di Bali merupakan sesuatu hal yang menjadi
daya tarik tersendiri untuk memikat wisawatan untuk berkunjung ke Bali. Seni
pertunjukan salah satu kesenian yang banyak diminati oleh wisawatan, karena
bentuk elok dari sang penari mampu menghipnotis mata yang menontonnya.
Khususnya Tari Topeng Panca, dimana tari dari Topeng Panca ini sudah mulai
pudar diperedaran dunia kesenian dikarenakan kurangnya minat penari untuk
menarikannya. Disebabkannya tingkat kesulitan pada tariannya serta pembawaan
dari karakter masing-masing perannya.
Maka dari itulah
pentingnya mengkampanyekan kepada anak muda di Bali dan memperkenalkan kepada
wisawatan bahwa di Bali juga memiliki Tari Topeng yang mampu juga membuat wisawatan
terhipnotis dengan gerakan dan bahasanya. Sehingga dengan demikian maka
sangatlah penting untuk regenerasi muda melestarikan kembali Tari Topeng Panca.
2.3
Analisis
& Sintesa
Analisis
dan sintesa data di dapatkan dari media-media sudah dikumpulkasn penulis adalah
sebagai berikut:
2.3.1 Analisis
Analisa
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010:244).
2.3.1.1 Data Aktual
Analisis
faktual, yaitu data-data dari media saat survey yang didapat untuk pembuatan
Tugas Akhir Studio ini sesuai dengan data yang sebenarnya, meliputi:
a. Media
Media yang sudah
dimiliki salah satu sanggar yang ada di Sukawati adalah poster dan x-banner.
Tetapi media-media tersebut tidak sepenuhnya ada untuk mengenalkan dari sanggar
itu saja tetapi juga untuk mempromosikan dari semua tari. Efeknya tari topeng
itu sendiri tidak dipromosikan.
b. Ilustrasi
Pada media
Ilustrasi yang digunakan hanya ilustrasi fotografi dan ilustrasi gabungan dari
beberapa karya mahasiswa.
c. Warna
Pada media yang sudah
bagus tapi terkesan monotone dan
tidak dapat menyatu dengan objek serta warna dari teks.
d. Huruf
Huruf yang digunakan
pada setiap media yang sudah ada adalah tipe huruf decorative.
e. Teks
Teks pada setiap media
tersebut sudah cukup baik, namun perlu penataan tata letak agar lebih mudah
dimengerti oleh Target Audiens.
f. Teknik
Cetak
Menggunakan teknik
cetak saring, teknik cetak offset, digital
printing dan teknik pahat yang disesuaikan dengan masing-masing media.
2.3.1.2 Analisis
Faktual
Analisis faktual
digunakan pada perancangan yaitu dengan terjun langsung ke lapangan dan
mengamati objek yang ada, khususnya mengenai media-media komunikasi visual yang
sudah ada pada Tri Pusaka Sakti Art Foundation dan media yang beredar di
masyarakat, khususnya mengenai media yang menginformasikan mengenai kampanye
pelestarian Tari Topeng Panca, media tersebut antara lain:
1. Poster
-
Warna
Warna yang ada pada
poster ini cenderung menggunakan warna hitam dan ilustrasi gambar yang
digunakan dominan menggunakan warna
putih, kuning dan merah, menggunakan dominan warna kuning, merah dan
biru karena warna ini sesuai dengan warna objek.
-
Teks
dan Tipografi
teks yang terdapat pada
poster berisikan judul poster yaitu Spesial Night Djimat Art Foundation
Performance Master of Bali dan isi poster yaitu jadwal dari pementasan dan
tarian yang akan dipentasan, headline
menggunakan jenis huruf algerian.
-
Ilustrasi
dalam
poster diatas menggunakan ilustrasi foto dan logo dari Tri Pusaka Sakti Art
Foundation.
2.3.5
Sintesa
Berdasarkan analisa
yang telah dilakukan maka diketahui bahwa media komunikasi visual yang
digunakan sebagai sarana informasi masih kurang, untuk itu guna mencapai tujuan
yang diinginkan maka akan dirancang beberapa media komunikasi visual yang
nantinya mampu menginformasikan kepada masyarakat khususnya remaja di Bali.
Adapun
media yang dirancang yaitu berupa Buku, Packaging, Pembatas
buku, Tote Bag, T-Shirt, Iklan tabloid, Stiker, X- Banner,
Icon, Katalog. Teknik yang digunakan dominan
menggunakan teknik ilustrasi fotografi, ilustrasi gambar tangan sebagai
penunjang ilustrasi utama dan teknik gabungan yang disesuaikan dengan media,
agar media yang dibuat dapat terlihat lebih menarik. Kemudian dipadukan dengan
pisikologi warna dengan menggunakan warna yang sesuai dengan target yaitu
remaja, jadi warna yang digunakan berupa warna merah monokromatik dan orange yaitu percampuran antara warna merah dan
warna kuning.
Teks yang digunakan pada naskah (bodycopy) yaitu berupa informasi mengenai
ajakan untuk melestarikan Tari Topeng Panca.
Huruf yang digunakan adalah jenis huruf arial dan berlin sans Fb. Dengan penataan yang
lebih rapi agar mudah dibaca konsumen. Ukuran yang akan digunakan memakai
satuan cm dan pixels, bahan yang
digunakan terdiri dari art paper, adshive
paper,
sintetik paper, sponbond
dan mika.
Teknik cetak yang digunakan menggunakan
teknik cetak digital, cetak offset, teknik cetak saring (sesuai dengan jenis media) dan cetak
laser.
3. KONSEP DESAIN
3.2
Konsep
Dasar Desain
Konsep adalah salah satu hal yang paling
penting dalam mendesain sesuatu, karena konsep sendiri adalah dasar inspirasi
yang nantinya akan digunakan sebagai acuan desainer dalam mendesain media-media
komunikasi visual.
Konsep
yang digunakan untuk merancang buku kampanye pelestarian Tari Topeng Panca
adalah regenerasi. Dimana pengertian dari regenerasi ini sendiri adalah Save Our Local Culture. Konsep yang
dimaksud penulis adalah menjaga budaya lokal agar tidak punah. Pada pemaparan
konsep ini akan menjelaskan tentang budaya lokal yang seharusnya masih dapat
dilihat dan di mengerti oleh masyarakat, namun punah karena kemajuan teknologi
dan globalisasi dengan menghilangkan unsur dari budaya lokal. Dalam wacana kebudayaan dan sosial,
sulit untuk mendefinisikan dan memberikan batasan terhadap budaya lokal atau
kearifan lokal, mengingat ini akan terkait teks dan konteks, namun secara
etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar sudah berupaya merumuskan sebuah
definisi terhadap local culture atau local wisdom ini. berikut
penjelasannya
1. Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat.
Contoh: kebudayaan nasional;
2.
Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan
golongan etnik, profesi, wilayah atau daerah. Contoh : Budaya Sunda;
3.
Subculture, merupakan kebudyaan khusus dalam
sebuah culture, namun kebudyaan ini tidaklah bertentangan dengan
kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong royong
4. Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture
yaitu merupakan bagian turunan dari culture, namun counter-culture
ini bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya individualism
3.3
Skema
Pola Pikir
Konsep pola pikir yang
dimaksud adalah langkah-langkah pemikiran dalam desain media komunikasi visual
antara komunikator dan komunikan guna memastikan pesan yang disampaikan sesuai
sasaran.
Adanya sebuah permasalahan tentunya
memerlukan sebuah pemecahan / kebutuhan solusi. Dalam kasus ini diperlukannya
informasi pelestarian Tari Topeng
Panca. Untuk memperoleh informasi tentang Tari Topeng Panca
yang akan disosialisasikan, maka diperlukannya sumber komunikasi yaiu Dinas Kebudayaan dan Budayawan yang berada di Gianyar.
Dari hasil penggalian informasi dengan komunikan, ditemukan solusi yang akan
dikemukakan untuk menyampaikan pesan. Peranan media tentunya menjadi hal pokok
yang harus dipikirkan. Media yang dibuat harus sesuai dengan target audient
namun tetap berpedoman pada norma-norma yang berlaku. Dengan terbentuknya media
komunikasi visual yang efektif dan sesuai dengan target audien maka akan adanya
feed back antara media dan masalah
yang ada, dimana media bertugas sebagai sebuah sarana yang bisa berfungsi
efektif menyapa target audien untuk memberikan informasi. Dengan penyampaian
informasi yang didukung dengan media yang tepat, maka masalah yang ada dapat
teratasi.
3.4
Skema
Proses Desain
Tema yang diangkat dalam
Tugas Akhir ini yaitu Perancangan Media Buku dalam Kampanye Pelestarian Tari
Topeng Panca di Gianyar. Permasalahan yang dihadapi adalah media komunikasi
visual apa yang efektif dan komunikatif untuk mendukung kampanye Tari Topeng
Panca. Sehingga tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan Media komunikasi visual yang efektif
dan komunikatif sebagai sarana kampanye pelestarian Tari Topeng Panca. Kemudian
menentukan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dituju. Untuk mendukung
solusi masalah diperlukan dukungan data teori berupa data aktual dan faktual
yang kemudian dianalisis berdasarkan metode terkait sehingga menghasilkan
sintesa. Setelah itu media terpilih yang akan di desain sesuai dengan kriteria
desain. Dengan adanya media terpilih yang akan didesain maka akan melewati
proses pra desain dan analisis pradesain sehinga diperoleh desain terpilih.
Selanjutnya masuk ke proses perwujudan yang meliputi teknik cetak alat dan
bahan. Setelah proses tersebut selesai maka akan dilanjutkan ke proses
distribusi dimana akan menimbulkan feed
back terhadap masalah.
3.5
Strategi
Media
Pada
Perancangan Media Buku dan Media Pendukungnya Dalam
Kampanye Pelestarian Tari Topeng Panca di Gianyar,
strategi media yang digunakan difokuskan pada informasi tentang Tari Topeng Panca.
3.6
Program
Tayangan Media
Program tayangan media hendaknya
dilaksanakan pada setiap tahun
ajaran baru acara launcing buku diadakan di Toko Buku terdekat.
Aspek yang terkait diantaranya yaitu
Kapan, Dimana, dan Frekuensi.
3.7
Strategi
Kreatif
Strategi kreatif
merupakan pendekatan dan sistematika berpikir yang membantu dalam penyusunan lay out suatu promosi untuk
memaksimalkan daya tarik visual.
Isi pesan yang ingin untuk mengajak audience turut serta dalam kegiatan
kampanye pelestarian Tari Topeng Panca serta menggunakan bentuk pesan, gaya
visual yang menarik dan membuat audience ingin ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pelestarian Tari Topeng Panca ini.
4. VISUALISASI DESAIN
4.2
Buku
Nama Media : Buku
Ukuran : 15 cm x 21 cm
Bahan : Art papper
150 gsm
Huruf : Arial dan Berlin Sans Fb
Teknik : Cetak offset
4.3 Packaging
Nama
Media : Packaging
Ukuran : 15.5 cm x 21 cm
Bahan : Adshive
Paper
Huruf : Arial dan Berlin Sans Fb
Teknik : Cetak offset
4.4
Pembatas Buku
Nama
Media : Pembatas Buku
Ukuran : 4 cm x 10 cm
Bahan : Art Paper
Huruf : Berlin Sans Fb
Teknik : Cetak Digital
4.5
Shopping
Bag
Nama
Media : Tote Bag
Ukuran : 21 x 29 cm
Bahan : Sponbound
Huruf : Berlin Sans Fb
Teknik : Cetak Saring
4.6
T-Shirt
Nama
Media : T-Shirt
Ukuran : XL
Bahan : PE
Huruf : Berlin Sans Fb
Teknik : Cetak Saring
4.7
Iklan
Tabloid
Nama
Media : Iklan Tabloid
Ukuran : 21 x 29 cm
Bahan : Artpaper150
gsm
Huruf : Berlin Sans FB
Teknik : Cetak Digital
4.8
Stiker
Nama
Media : Stiker
Ukuran : 42 cm x 59.5 cm
Bahan : Art Paper 150gsm
Huruf : Adelaide
Teknik : Offset
4.9 X-Banner
Nama
Media : X-Banner
Ukuran : 60 cm x 160 cm
Bahan : Sintetik Paper
Huruf : Berlin Sans Fb
Teknik : Digital Print
4.10
Katalog
Nama
Media : Katalog
Ukuran : 21 cm x 14.5 cm
Bahan : Art papper 150 gsm
Huruf : Berlin Sans Fb
Teknik : Digital Print
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.2
Simpulan
Setelah
proses yang dilakukan penulis dari survey, melakukan
penelitian pada beberapa sanggar yang ada di Gianyar, budayawan serta seniman
yang bergelut dalam Tari Topeng Panca dan Dinas Kebudayaan Kota Gianyar rmelakukan
survey dan penelitian pada studi kasus perancangan
media buku dalam kampanye pelestarian Tari Topeng Panca di Gianyar, dapat
ditarik kesimpulan :
1. Dalam perancangan media buku dalam kampanye
pelestarian Tari Topeng Panca di Gianyar dimulai dari pembentukan sebuah
karakter seperti icon dengan
berpedoman pada teori-teori desain, prinsip desain, penggunaan ilustrasi, teks,
warna dan pemilihan media yang tepat, bertujuan untuk menanamkan identitas Tari
Topeng Panca tersebut pada target audiens.
2. Media pendukung yang efektif dan komunikatif yang sesuai untuk mendukung
kegiatan kampanye pelestarian Tari Topeng Panca di Gianyar adalah Icon, Buku, Packaging Buku, Pembatas Buku, X-Banner,
T-Shirt, Tote Bag, Stiker dan Iklan Majalah.
Setiap media memiliki fungsi masing-masing dan dirancang dalam satu kesatuan konsep, sehingga ada satu - kesatuan
antara desain yang satu dengan yang lain yang akan secara tidak langsung tertanam pada benak target audiens.
Selain itu, media yang dibuat agar membuat target audiens dapat tergerak untuk
ikut melestarikan secara tidak langsung.
2.
Saran
Berikut saran-saran
dari penulis dalam kegiatan perancangan media buku dalam kampanye pelestarian
Tari Topeng Panca di Gianyar, antara lain:
- Bagi Dinas Kebudayaan agar mampu memberikan informasi serta turut serta dalam kegiatan kampanye pelestarian Topeng Panca ini dengan menampilkan ciri dari Tari Topeng Panca tersebut kepada masyarakat baik tua maupun muda.
- Bagi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar agar dapat mewujudkan cirri khas dari desain-desain yang ditampilkan dengan berwawasan budaya.
- Bagi para penulis selanjutnya agar dapat menampilkan cirri khas desain serta memperkuat konsep untuk kasus yang diangkat. Dengan menerapkan displin ilmu yang dimiliki di dalam dunia kerja nantinya.
- Bagi target audience agar memanfaatkan media yang ada sesuai dengan fungsi serta turut serta dalam berpartisipasi melestarikan kebudayaan warisan leluhur agar tidak punah dan tidak menjadi hak milik oleh Negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2005. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: P.N Balai Pustaka.
Anwar,Desy. 2003. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Amelia
Arikunto,
Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Bandem , I Made dan I Nyoman Rembang, 1976. Perkembangan Topeng Bali
Sebagai Seni Pertunjukan, Denpasar: Proyek Penggalian, Pembinaan, Seni
Klasik/ Tradisional dan
Kesenian Baru Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.
Dameria, Anne. 2007. Color
Basic. Jakarta: Link & Match Graphic
Hardiman,Ima.2006.400 Istilah Public Relations Media &
Periklanan.
Jakarta:
Penerbit Gagas Ulung.
Kasilo, Djito.
2008. Komunikasi Cinta Menembus G-Spot
Konsumen Indonesia.
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia). Jakarta: KPG.
Kusmiati, A.R.1999. Teori
Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan
Kusrianto,
Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET
Kwok, Herman, 2009.15 Kesalahan
dalam Branding. Bekasi: De Britz
Masri,
Andy.2010.Strategi Visual. Jakarta:
Jala Sutra
Moleong,
Lexy. J. 2001. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosadakarya.
Nazir, M. 2003. Metode
Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Nugroho,
Eko. 2008. Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET
Pujiriyanto.
2005. Desain Grafis Komputer (Teori
Grafis Komputer). Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET
Poerwadarminta, W.J.S. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai
Pustaka.
Riyanto,
Bambang. 2000. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan ed. Keempat. Yogyakarta : Yayasan Badan
Penerbit Gajah Mada
Rustan,
Surianto, 2006. Desain Komunikasi Visual
Terpadu. Jakarta : Arte Media
Rustan, Surianto, S.Sn. 2009. Lay Out Dasar dan
Penenrapannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Rustan, Surianto, S.Sn. 2011. Huruf Font
Tipografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sachari. 2005. Pengantar
Metodelogi Penelitian Budaya Rupa dan Desain. Arsitektur. Seni Rupa dan Kriya.
Bandung: Erlangga
Safanayong Yongky.2006.Desain Komunikasi Visual Terpadu.
Jakarta : Arte Media
Sanyoto, Sadjiman. E. 2005. Dasar-Dasar
tat Rupa & Desain (Nirmana).
Sanyoto, Sadjiman. E. 2006. Metode
Perancangan Komunikasi Visual Periklanan.
Yogyakarta: Dimensi Press
Sarwono,
Jhonatan & Lubis, Hary. 2007. Metode
Riset Untuk Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sarwono,
Sarlito W. 2012. Psikologi Remaja Jakarta
PT. Raja Garaindo Persada.
Sihombing, Danton. 2001. Tipografi dalam Desain Grafis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sulaksana,
Uyung. 2003. Integrated Marketing Communications. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suprapto,
Tommy. 2009. Pengantar teori dan
manajemen komunikasi. Yogyakarta :
Media Pressindo.
WEBSITE
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengertian_buku#,
21/Maret/2013
www.artikata.com/arti-324282-dalam.html,
21/Maret/2013
http://arti_kata/pengertian_tari.html
diunduh pada 12 Februari 2013
www.Wikipedia/Bali
: 12/Maret/2013
Sumber
: Recommendation concerning the
International Standardization of Statistics Relating to Book Production and
Periodicals, 19 November 1964 diunduh 22 April 2013
http://syarip.blog.stisitelkom.ac.id/jenis-jenis-buku/jenis_buku
diunduh pada 24/02/2013
http://kukuhard.wordpress/
Estetika Bentuk %234 Dwimatra Warna -Monokromatik _ kukuhard.htm diunduh pada
22/03.2013
Aryo Widi, X-Banner-diunduh 20/11/2012